Pages

29 Desember 2009

Membangun Sikap Berjaga-jaga


Bulan Mei 1984 lalu Majalah National Geographic memuat foto-foto dan gambar-gambar meletusnya Gunung Vesuvius dan bencana yang melanda kota-kota Romawi, seperti Pompeii dan Herculaneum. Karena Gunung Vesuvius meletus dengan tiba-tiba, banyak orang terbunuh saat sedang melakukan aktivitas.

Ada orang yang masih mengadakan transaksi jual beli di pasar. Ada orang kaya yang sedang mandi di bak mandi mewah. Ada budak-budak yang sedang bekerja. Ada orang yang sedang berusaha melarikan diri untuk menyelamatkan hartanya.

Orang-orang itu sebenarnya tidak perlu mati. Karena sebelum bencana itu terjadi sudah ada tanda-tanda yang mengiringinya, yaitu gempa bumi dan munculnya gumpalan asap yang tebal. Hewan-hewan yang tinggal di sekitar gunung itu pun sudah turun ke pemukiman manusia.

Orang-orang itu masih punya kesempatan untuk lari sejauh mungkin, sehingga selamat dari bencana. Tetapi hal itu tidak mereka lakukan, entah karena tidak tahu, acuh tak acuh atau ingin tahu fenomena alam yang luar biasa itu atau karena alasan lainnya.

Sikap berjaga-jaga merupakan suatu sikap yang mesti dimiliki oleh semua orang. Orang yang selalu bersiap-siap itu akan menemukan tempat yang aman bila suatu ketika terjadi bencana. Untuk itu, dibutuhkan suatu kepekaan terhadap situasi di sekitar. Orang yang memiliki kepekaan akan sangat membantu dirinya dan sesama untuk menyelamatkan diri dari bencana.

Namun kepekaan itu tidak datang begitu saja. Kepekaan itu mesti diasah dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal-hal yang kecil. Betapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kesalahan yang tidak perlu. Karena itu, kalau orang dapat peka terhadap situasi di sekitarnya, orang akan mudah mengurangi biaya-biaya hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita mesti senantiasa berjaga-jaga dalam hidup ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi seminggu atau sebulan yang akan datang. Cara kita berjaga-jaga adalah dengan menghidupi cinta kasih dan kebaikan yang diajarkan oleh agama kita.

Kita mesti tetap bertahan pada kebaikan-kebaikan itu. Dengan demikian, ketika tiba saatnya terjadi sesuatu yang buruk atas diri kita, kita mampu menghadapinya dengan penuh iman. Iman yang benar itu mesti dihayati dalam hidup yang nyata.

Berjaga-jaga tidak berarti kita tidak yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong kita. Berjaga-jaga berarti kita mau membuka hati kita kepada Tuhan yang senantiasa menyertai hidup kita. Kita mau bekerja sama dengan Tuhan untuk memulai suatu hidup yang damai dan tenteram. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

275

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.