Ada seorang pemuda yang jatuh cinta kepada seorang gadis. Ia begitu terobsesi oleh penampilan fisik gadis itu. Cintanya itu pun mendapatkan jawaban yang positif. Keduanya berpacaran dan berencara untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia sungguh-sungguh mencintai gadis itu.
Soal yang muncul adalah lama-kelamaan gadis itu mulai bersikap cuek terhadapnya. Pertama-tama bukan karena gadis itu memiliki cowok idaman lain. Namun pertama-tama karena gadis itu tidak mau kehilangan kebebasannya. Pemuda itu selalu memberi nasihat yang mengekang dirinya. Misalnya, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Ia harus menuruti nasihat-nasihat dari pemuda yang memujanya itu.
Gadis itu merasa risih. Baginya, cinta itu mesti dalam kondisi orang bebas untuk saling memberikan diri. Dalam situasi bebas itu, orang akan menemukan hakekat sesungguhnya dari cinta itu. Nasihat-nasihat yang mengekang diri itu dirasakan oleh gadis itu sebagai suatu bentuk merosotnya cinta. Orang tidak dapat hidup dalam suasana cinta yang dipaksakan. Orang tidak dapat meneruskan relasi cinta mereka, ketika salah satu pihak mengalami situasi terkekang.
Sahabat, kebebasan menjadi unsur yang penting dalam menjalin relasi cinta. Kebebasan dalam arti ini bukan berarti kebebasan yang semau gue. Tetapi suatu kebebasan yang memberi ruang gerak kepada pihak lain untuk mengungkapkan cintanya. Dalam situasi bebas orang merasa dipercaya untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, cinta yang ditumbuhkembangkan adalah cinta yang tulus. Cinta yang mampu membahagiakan setiap orang.
Memberi kebebasan kepada orang yang dicintai itu berarti orang ingin menumbuhkembangkan hidup orang itu. Orang mau agar sesamanya tidak hidup dalam keterpurukan. Orang ingin agar sesamanya keluar dari lingkaran egoisme. Karena itu, dalam hal mencintai orang mesti berani memberi ruang kebebasan kepada sesamanya. Dengan demikian, orang yang dicintai itu mampu menemukan dirinya sendiri dalam perjalanan hidupnya.
Sebagai orang beriman, kita mesti belajar dari Tuhan yang senantiasa mencintai manusia tanpa syarat. Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan apa saja. Namun yang penting adalah manusia mampu mempertanggungjawabkan kebebasan tersebut. Yang penting manusia dapat menumbuhkan cinta kasihnya yang mendalam kepada sesamanya. Suatu cinta yang dikembangkan tanpa syarat. Suatu cinta sejati yang mesti menjadi andalan dalam hidup ini.
Karena itu, kita mesti rela untuk diubah oleh Tuhan. Cinta kita yang sarat dengan egoisme dan kepentingan diri sendiri itu mesti diubah oleh Tuhan menjadi suatu cinta yang memberi kebebasan dan penghargaan yang tinggi terhadap cinta sesama kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
508
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.