Pages

26 September 2010

Menumbuhkan Cinta yang Sejati dalam Hidup



Seorang pemuda sangat mencintai seorang gadis. Mengapa? Karena di matanya, gadis itu sangat cantik. Gadis itu selalu tampil menawan dan menyenangkan hatinya. Karena itu, ia berusaha untuk memiliki gadis itu. Senyum gadis yang indah dan menawan itu telah memukau hati sanubarinya. Ia tidak bisa menahan diri lagi untuk mendekati dan memilikinya.

Hasilnya, keinginannya itu tercapai. Gadis itu menjadi gandengannya. Ia dapat bepergian bersama gadis itu. Ia tidak hanya menjadi pujaannya saja. Kini gadis itu sudah berada di tangannya. Lelaki mana yang tidak ingin didampingi oleh seorang gadis cantik? Tentu sebagian besar kaum lelaki menginginkannya.

Soalnya adalah pemuda itu kemudian mulai menyesal begitu ia mengenal gadis itu secara lebih dekat. Ternyata kecantikan, keindahan dan kemolekan yang dimiliki gadis itu tidak asli. Ia telah memolesnya dengan kosmetik. Bekas-bekas jerawat kemudian muncul kembali ketika gadis itu tidak memakai kosmetik. Pemuda itu menyesal telah memuja gadis seperti itu. Ia kecewa. Ia ingin meninggalkannya. Ia tidak mau menjalin relasi yang lebih jauh lagi dengan gadis itu. Ia telah merasa tertipu.

Sahabat, masih adakah cinta yang sejati dalam hidup ini? Mungkin pertanyaan ini sering dilontarkan oleh manusia jaman sekarang. Mengapa muncul pertanyaan seperti ini? Karena banyak orang hanya mencintai sesamanya secara lahiriah saja. Hal-hal luar yang tampak memukau itu menjadi andalan dalam hidup orang. Karena itu, ketika hal-hal lahiriah itu berubah menjadi jelek, orang berusaha untuk meninggalkannya.

Kisah tadi meninggalkan kepedihan bagi gadis itu. Ia tidak ingin dicintai hanya secara fisik yang tampak cantik, indah dan menawan. Ia ingin lebih dari itu. Namun pemuda yang telah memujanya itu hanya mencintai sebatas yang lahiriah. Cintanya itu bersyarat. Cintanya tidak tulus. Cintanya tidak murni. Cintanya tidak sejati.

Semestinya cinta sejati yang ditanamkan dalam hidup. Semestinya orang berani menerima dan mencintai sesamanya apa adanya. Semestinya dalam mencintai orang tidak perlu menempatkan syarat-syarat yang berat. Ketika syarat-syarat itu tidak terpenuhi, orang akan mengalami kekecewaan. Orang dapat frustrasi karena syarat-syarat itu tidak terpenuhi.

Karena itu, orang mesti menumbuhkan cinta yang sejati dalam hidupnya. Cinta yang sejati itu akan indah pada waktunya, ketika orang berani untuk mengorbankan hidupnya bagi sesamanya. Cinta yang sejati itu akan bertumbuh subur, ketika orang rela mengorbankan dirinya bagi orang yang dicintainya.

Sebagai orang beriman, kita mesti senantiasa menumbuhsuburkan cinta yang sejati dalam hidup ini. Suatu cinta yang dapat saja berasal dari keindahan, kecantikan dan kemolekan seseorang. Cinta yang menjauhkan diri kita dari syarat-syarat yang membuat orang kehilangan cinta yang sejati. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


509

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.