Pages

29 September 2010

Menyadari Pentingnya Lingkungan Hidup






Kabut asap menyelimuti Kota Palembang sejak subuh tadi pagi (10/9/2009). Selain mengganggu pernafasan, kabut ini juga membuat jarak pandang menjadi terganggu, hanya berkisar 500 meter. Sementara itu, beberapa hari terakhir ini kabut asap juga mengganggu penerbangan. Pesawat-pesawat yang akan mendarat di bandara Sultan Mahmud Badaarudin II Palembang mesti menunggu sampai menemukan sela untuk bisa mendarat. Akibatnya, pesawat-pesawat tersebut mesti berputar-putar di atas Kota Palembang.

Seorang penumpang mengatakan bahwa asap itu telah membuat penerbangan menjadi lebih lama, yaitu satu jam lebih. Semestinya penerbangan dari Jakarta ke Palembang hanya memakan waktu 50 menit. Di darat pun jarak pandang menjadi terganggu. Seorang penumpang sebuah bus mengatakan bahwa bus yang ditumpangi tidak berani melaju dengan cepat. Soalnya, jarak pandang hanya sekitar 50 hingga 100 meter saja.

Ia berkata, “Bus kami berjalan merayap, jarak pandang sekitar 50-100 meter. Apalagi di jalan begitu banyak motor, sehingga bus terlambat tiba.”

Sahabat, sepertinya asap bukan lagi sesuatu yang aneh. Setiap tahun kabut asap senantiasa mengganggu kehidupan manusia. Mengapa bisa terjadi? Kata orang, ada asap pasti ada apinya. Bukan hal yang aneh lagi kalau Indonesia tidak diselimuti asap pada musim kemarau. Hari-hari ini di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya banyak sekolah diliburkan, karena asap.

Soalnya, mengapa terjadi asap? Asap terjadi karena pembakaran. Asap mengepul dan menyelimuti dunia ini, karena ada tangan-tangan yang menyulutkan api ke hutan-hutan. Ada orang yang tidak mau susah-susah membuka hutan untuk perkebunan atau perladangan. Hutan belantara yang semestinya menjadi tempat yang nyaman, kini berubah menjadi tempat yang menakutkan. Hutan sudah habis dilalap si jago merah. Yang tersisa hanya asap yang menyebar ke berbagai tempat mengganggu kehidupan manusia.

Apa yang mesti dibuat oleh manusia? Yang mesti dibuat pertama-tama adalah kesadaran diri. Manusia mesti mulai sadar bahwa alam ciptaan ini adalah bagian dari kehidupan manusia. Membinasakan alam ciptaan ini sama dengan membinasakan diri manusia sendiri. Alam sekitar kita menjaga keseimbangan iklim dunia ini. Kalau kita kehilangan hutan, kita juga akan kehilangan banyak oksigen yang memberi hidup kepada manusia.

Hal kedua yang mesti dibuat manusia adalah menjaga, agar alam lingkungan ini tidak dirusak begitu saja. Manusia memang membutuhkan hal-hal untuk kehidupannya. Namun tidak berarti manusia dengan semena-mena menghancurkan alam sekitarnya. Manusia mesti bersikap cerdas dan bijaksana, agar alam ciptaan ini menjadi suatu kekayaan yang berguna bagi kehidupan manusia.

Hal ketiga yang mesti dibuat adalah melestarikan alam lingkungan. Artinya, manusia mesti menanam kembali hutan yang sudah lenyap. Manusia mesti berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan hutan yang sudah punah itu. Tentu saja hal ini tidak mudah. Ada banyak tantangan yang mesti dihadapi. Namun kalau manusia mau berusaha, akan ada hasil yang berguna bagi kehidupan manusia. Mari kita berusaha untuk menghentikan pemusnahan alam lingkungan di sekitar kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

512

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.