Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang, kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada di sampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Gadis itu berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia. Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya, sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya.
Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.
Kekasihnya pergi dengan sangat sedih. Kemudian ia menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik bola mataku."
Kebaikan dibalas dengan kejahatan, bukan suatu rahasia lagi dalam hidup ini. Mengapa orang tega membalas kebaikan dengan kejahatan? Karena orang terlalu dikuasai oleh egoismenya. Orang hidup hanya menurut obsesinya sendiri. Orang hidup hanya untuk dirinya sendiri. Orang tidak hidup bagi sesamanya. Akibatnya, orang berani melangkahi hal-hal yang baik hanya untuk memuaskan keinginan dirinya sendiri.
Kisah tadi menunjukkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya. Lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih, karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.
Kekasih itu telah merelakan matanya yang begitu berharga untuk gadis itu. Tetapi gadis itu lebih dikuasai oleh keinginannya sendiri. Ia lebih mengikuti egoismenya. Ia memuaskan egoismenya itu. Akibatnya, korban yang begitu besar yang telah dilakukan oleh pemuda itu menjadi sesuatu yang tidak bermakna.
Semestinya ia berterima kasih atas korban yang telah dibuat oleh kekasihnya. Tidak gampang menemukan orang yang mau merelakan hal yang sangat berharga dalam dirinya untuk orang lain. Bahkan mengorbankan hal yang sangat vital bagi hidup orang lain itu sesuatu yang sangat sulit. Namun pemuda itu telah melakukannya. Yang dia harapkan sebenarnya tidak sangat besar. Yang ia harapkan adalah ucapan terima kasih atas korbannya itu. Suatu sikap penghargaan terhadap pengorbanan itu.
Sebagai orang beriman, kita ingin memupuk rasa terima kasih terhadap sesama yang telah berkorban bagi hidup kita. Mengucapkan rasa terima kasih kita itu menunjukkan penghargaan kita yang besar terhadap sesama. Mari kita terus-menerus memberi penghargaan terhadap sesama yang telah melakukan hal-hal yang cermelang bagi hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
497
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.