Pages

02 September 2010

Berani Mengubah Cara Pandang


Suatu hari seorang maharaja akan berkeliling untuk melihat situasi hidup rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Tetapi baru saja beberapa langkah berjalan di luar istana, kaki sang raja terluka. Kakinya terantuk batuk. Ia sangat kecewa melihat kondisi jalan seperti itu.

Ia pulang lagi ke istana. Ia berpikir untuk memperbaiki jalan-jalan. Ia memanggil semua menterinya. Ia berkata, “Ternyata jalan-jalan di negeri ini begitu jelek. Banyak batu dan berlobang-lobang. Siapkan anak buahmu untuk memperbaiki jalan-jalan di seluruh negeri. Caranya adalah dengan melapisi seluruh jalan dengan kulit sapi yang terbaik.”

Para menterinya terkejut mendengar perintahnya. Namun tidak satu pun yang berani bertanya. Yang mesti mereka lakukan adalah melaksanakan perintah sang raja. Kemudian mereka mengumpulkan semua sapi di seluruh negeri itu. Mereka mulai menyeleksi sapi-sapi yang terbaik untuk diambil kulitnya.

Di tengah-tengah perencanaan, seorang pertapa yang saleh mendengar tentang keinginan sang maharaja. Ia pun keluar dari pertapaannya. Ia mendatangi sang maharaja. Ia berkata kepada raja, “Paduka raja, mengapa paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini? Berapa banyak sapi yang akan mati sia-sia? Bukankah yang paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi kaki paduka?”

Sang maharaja setuju dengan pandangan sang pertapa. Ia menghentikan rencananya untuk membangun jalan menggunakan kulit sapi yang terbaik. Ia memerintahkan para menterinya untuk membuat sandal kulit dari sapi.

Banyak orang berpikir bahwa untuk mengubah orang lain, mereka mesti mengubah segala sesuatu. Untuk mengubah dunia, orang mesti mengubah segala sesuatu. Ternyata yang dibutuhkan hanyalah perubahan dari cara pandang seseorang. Yang dibutuhkan adalah perubahan hati. Yang sungguh-sungguh mendesak adalah perubahan tingkah laku dari kita.

Orang yang tergesa-gesa ingin mengubah orang lain, akan menemui jalan buntu. Mengapa? Karena orang sering memaksakan kehendak pribadinya yang belum tentu cocok dengan apa yang terjadi dalam diri orang lain. Demikian pula orang yang mau mengubah dunia dengan pikirannya sendiri akan mengalami frustrasi. Mengapa? Karena dunia yang dipikirkan adalah dunianya sendiri. Suatu dunia yang sempit. Suatu dunia yang bagai katak di bawah tempurung.

Karena itu, orang perlu mengubah cara pandangnya. Orang mesti berani mengubah paradigma berpikirnya. Hanya dengan cara seperti itu, orang akan mampu melakukan perubahan atas dunia ini. Dengan demikian, orang akan mampu membawa damai dan sukacita dalam hidup bersama.

Mari kita berusaha untuk memandang dunia secara lebih obyektif. Tidak hanya berdasarkan kemauan dan keinginan kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


486

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.