Seorang bapak sering berdiam diri. Ia tidak banyak bicara. Namun ia sangat peduli terhadap keluarganya. Ia bekerja rajin untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Baginya, keluarganya itu menjadi tumpuan hidupnya. Ia tidak ingin melihat keluarganya berantakan. Ia tidak ingin menyaksikan keluarganya hidup tidak sejahtera.
Karena itu, setiap kebutuhan dari anak-anaknya selalu ia usahakan untuk dipenuhi. Semuanya ia lakukan dalam diam. Ia menjawab permintaan anak-anaknya dengan anggukan kepala. Atau ia menggelengkan kepala, ketika ia tidak setuju terhadap tindakan anak-anaknya yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam diam itulah ia menunjukkan kecintaannya kepada keluarganya. Dalam diam itulah ia mengumpulkan potensi dan kemampuannya untuk menjadikan keluarganya sebuah keluarga yang bermartabat dan bermoral. Dalam diam itu ia memberi ruang gerak kepada istri dan anak-anaknya. Ia memperjuangkan kelangsungan hidup keluarganya dalam situasi diam itu.
Sahabat, pernahkah Anda merasakan suasana diam sebagai suasana yang indah? Pernahkah Anda pergi ke hutan belantara sendirian dan merasakan bahwa dalam kesunyian dan diam itu ada begitu banyak hal yang indah? Kalau Anda belum pernah mengalaminya, cobalah Anda lakukan. Coba Anda mengambil waktu untuk berdiam diri.
Dalam situasi seperti itu, Anda dapat merenungkan makna kehidupan ini. Dalam situasi diam itu, Anda dapat menemukan betapa agung dan mulia cinta yang Anda miliki untuk orang-orang yang ada di sekitar Anda. Dalam diam, Anda dapat memberi ruang yang lebih besar bagi Tuhan dan sesama untuk bergulat dengan Anda.
Soalnya adalah sering banyak orang mengalami kesulitan untuk hidup dalam diam. Banyak orang merasa takut untuk berdiam diri. Banyak orang lebih suka menghiasi diri mereka dengan berbagai macam bunyian. Mengapa? Karena orang tidak menemukan makna diam dalam hidup ini. Orang merasa bahwa diam itu sunyi sepi. Diam itu tidak banyak memiliki makna. Padahal dalam diam itu begitu banyak hal yang dapat dilakukan. Dalam diam itu, orang mampu menemukan Tuhan. Dalam diam itu orang mampu merefleksikan cinta yang selama ini mereka perjuangkan.
Di dalam diam itu ada kekuatan. Diam itu digunakan untuk berbagai hal baik bagi kepentingan bersama. Coba Anda bayangkan, kalau dunia ini hanya dipenuhi oleh hiruk pikuk. Apa yang akan terjadi? Banyak orang hanya bisa ngomong, tetapi tidak berani beraksi. No action talk only. Hasilnya? Tidak banyak hasil yang dipetik dari banyaknya omong itu.
Sebagai orang beriman, kita berlajar untuk berdiam untuk suatu tujuan yang sangat mulia. Kita berdiam diri untuk menemukan Tuhan dan membiarkan Tuhan bekerja di dalam diri kita. Dalam diam, kita menemukan kekuatan dari cinta Tuhan yang begitu besar terhadap kita. Karena itu, mari kita berusaha untuk berdiam diri, ketika kita ingin mendengarkan suara Tuhan. Kita berusaha untuk berdiam diri, ketika kita mau memaknai hidup ini secara lebih mendalam. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
507
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.