Apa yang akan Anda lakukan, ketika Anda merasa doa-doa Anda tidak dikabulkan oleh Tuhan? Anda berhenti berdoa? Anda mengeluh kepada Tuhan? Atau Anda mengerima kenyataan hidup Anda?
Suatu sore, seorang gadis mengikuti ibadat di gereja. Gadis itu merasa sangat terganggu, karena sore itu hujan deras mengguyur bumi. Atap gereja yang terbuat dari aluminium bergemuruh oleh hempasan hujan yang sangat deras. Gadis itu agak resah. Ia ingin berdoa dalam keheningan malam, tetapi kenapa suara gemuruh hujan menghilangkan konsentrasinya.
Namun gadis itu tidak hilang akal. Ia tidak mau berdiam diri begitu saja. Ia ingin berdoa dengan baik dan tenang. Karena itu, ia pergi ke sudut gereja. Ia berdiri sambil menyandarkan tubuh ke dinding gereja. Ia menatap derasnya butiran air hujan yang seolah ditumpahkan dari langit.
Dalam kondisi seperti itu, ia berdoa, “Tuhan, kami mau mendengarkan sabda-Mu dalam Perayaan Ekaristi. Tapi bagaimana mungkin dengan keterbatasan pendengaran kami seperti ini, kami bisa mendengar sabda-Mu? Hujan deras ini membuat kami tidak bisa mendengar dengan baik. Tolong Tuhan, Perayaan Ekaristi akan segera dimulai. Biarlah selama Perayaan Ekaristi hujan ini reda, supaya kami bisa mendengarkan sabda-Mu dengan jelas.”
Doa-doa itu ia lantunkan dengan penuh keyakinan dan harapan. Ia percaya, Tuhan akan mendengarkan apa yang ia katakan. Mungkin ini naif, masak suara Tuhan bisa terbendung oleh gemuruh hujan?
Setelah, gadis itu masuk gereja, karena waktu hampir menunjukkan jam 17.00 WIB, saatnya Perayaan Ekaristi dimulai. Ketika kaki melewati ambang pintu gereja, ia merasakan suara air yang menghantam aluminium, atap gereja, mulai melembut. Saat Perayaan Ekaristi dimulai, hujan betul-betul reda. Tinggal sisa rintik-rintik kecil yang ada.
Sahabat, kekuatan doa membuktikan bahwa manusia semestinya selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Berdoa itu sebenarnya tidak sekedar berkata-kata di hadapan Tuhan dalam keheningan. Tetapi berdoa itu menyerahkan seluruh kepribadian kita. Kita menyerahkan suka duka hidup kita. Kita menyerahkan iman kita kepada Tuhan. Kita mau mengatakan kepada Tuhan bahwa kita hanya bisa melanjutkan hidup ini dengan bantuan Tuhan. Tanpa bantuan Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa doa yang penuh iman membawa orang semakin dekat dengan Tuhan. Berdoa yang tak kunjung putus merupakan panggilan hidup manusia. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan dari Tuhan.
Banyak orang kurang yakin akan kebaikan Tuhan. Karena itu, mereka tidak mau berdoa. Atau mereka berdoa hanya pada saat-saat tertentu saja. Atau mereka berdoa karena mereka butuh sesuatu dari Tuhan. Tentu saja sikap seperti ini bukan sikap orang beriman yang baik. Keberadaan kita sebenarnya suatu sikap doa yang terus-menerus. Mengapa? Karena kita adalah milik kepunyaan Tuhan. Hidup kita semestinya selalu terarah kepada Tuhan. Hati yang terarah itu hati yang selalu berdoa.
Mari kita berdoa dengan segenap hati dan tenaga kita. Dengan demikian, Tuhan mendengarkan doa-doa kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Suatu sore, seorang gadis mengikuti ibadat di gereja. Gadis itu merasa sangat terganggu, karena sore itu hujan deras mengguyur bumi. Atap gereja yang terbuat dari aluminium bergemuruh oleh hempasan hujan yang sangat deras. Gadis itu agak resah. Ia ingin berdoa dalam keheningan malam, tetapi kenapa suara gemuruh hujan menghilangkan konsentrasinya.
Namun gadis itu tidak hilang akal. Ia tidak mau berdiam diri begitu saja. Ia ingin berdoa dengan baik dan tenang. Karena itu, ia pergi ke sudut gereja. Ia berdiri sambil menyandarkan tubuh ke dinding gereja. Ia menatap derasnya butiran air hujan yang seolah ditumpahkan dari langit.
Dalam kondisi seperti itu, ia berdoa, “Tuhan, kami mau mendengarkan sabda-Mu dalam Perayaan Ekaristi. Tapi bagaimana mungkin dengan keterbatasan pendengaran kami seperti ini, kami bisa mendengar sabda-Mu? Hujan deras ini membuat kami tidak bisa mendengar dengan baik. Tolong Tuhan, Perayaan Ekaristi akan segera dimulai. Biarlah selama Perayaan Ekaristi hujan ini reda, supaya kami bisa mendengarkan sabda-Mu dengan jelas.”
Doa-doa itu ia lantunkan dengan penuh keyakinan dan harapan. Ia percaya, Tuhan akan mendengarkan apa yang ia katakan. Mungkin ini naif, masak suara Tuhan bisa terbendung oleh gemuruh hujan?
Setelah, gadis itu masuk gereja, karena waktu hampir menunjukkan jam 17.00 WIB, saatnya Perayaan Ekaristi dimulai. Ketika kaki melewati ambang pintu gereja, ia merasakan suara air yang menghantam aluminium, atap gereja, mulai melembut. Saat Perayaan Ekaristi dimulai, hujan betul-betul reda. Tinggal sisa rintik-rintik kecil yang ada.
Sahabat, kekuatan doa membuktikan bahwa manusia semestinya selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Berdoa itu sebenarnya tidak sekedar berkata-kata di hadapan Tuhan dalam keheningan. Tetapi berdoa itu menyerahkan seluruh kepribadian kita. Kita menyerahkan suka duka hidup kita. Kita menyerahkan iman kita kepada Tuhan. Kita mau mengatakan kepada Tuhan bahwa kita hanya bisa melanjutkan hidup ini dengan bantuan Tuhan. Tanpa bantuan Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa doa yang penuh iman membawa orang semakin dekat dengan Tuhan. Berdoa yang tak kunjung putus merupakan panggilan hidup manusia. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan dari Tuhan.
Banyak orang kurang yakin akan kebaikan Tuhan. Karena itu, mereka tidak mau berdoa. Atau mereka berdoa hanya pada saat-saat tertentu saja. Atau mereka berdoa karena mereka butuh sesuatu dari Tuhan. Tentu saja sikap seperti ini bukan sikap orang beriman yang baik. Keberadaan kita sebenarnya suatu sikap doa yang terus-menerus. Mengapa? Karena kita adalah milik kepunyaan Tuhan. Hidup kita semestinya selalu terarah kepada Tuhan. Hati yang terarah itu hati yang selalu berdoa.
Mari kita berdoa dengan segenap hati dan tenaga kita. Dengan demikian, Tuhan mendengarkan doa-doa kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.