Pages

21 November 2011

Melepaskan Hal-hal Buruk dari Diri

Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda terjerumus ke dalam hal-hal yang kurang baik? Anda biarkan saja diri Anda terjerumus? Atau Anda berusaha untuk keluar dari situasi seperti itu?

Ada seorang pemuda yang terkenal keras kepala. Ia juga tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Suatu hari ia mendatangi seorang tua yang bijaksana. Ia ingin belajar memiliki hati yang lembut seperti orang tua itu. Ia sadar bahwa hanya dengan memiliki hati yang lemah lembut orang akan mengalami hidup yang damai dan sejahtera. Ia ingin meninggalkan sikapnya yang keras kepala itu.

Namun orang tua yang bijaksana itu mengajak pemuda itu berjalan memasuki hutan. Setelah lama berjalan, orang tua itu menghentikan langkahnya. Lalu ia menunjuk sebatang pohon yang kecil. “Cabutlah pohon!” katanya kepada pemuda itu.

Pemuda itu heran memandang orang tua itu. Namun ia segara membungkuk ke arah pohon kecil itu. Hanya dengan dua jari, ia dengan mudah dapat mencabut pohon itu. Ia tidak butuh banyak tenaga untuk melepaskan pohon kecil itu dari akarnya. Orang tua itu tersenyum menyaksikan pemuda itu.

Lantas orang tua itu mengajak pemuda itu untuk meneruskan perjalanan. Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebatang pohon yang agak besar. Sambil menatap wajah pemuda itu, ia berkata, “Coba, cabut pohon ini.”

Pemuda itu menuruti perintah orang tua itu. Namun kali ini, dia menggunakan kedua tangannya. Dengan sekuat tenaga, ia mencabut akar pohon itu. Kali ini pun pemuda itu berhasil melaksanakan permintaan orang tua itu. Ia bangga bahwa ia memiliki kesetiaan kepada orang tua itu.

Kedua insan itu meneruskan perjalanan. Tidak berapa lama, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang agak besar dan keras. Sambil melemparkan senyumnya, orang tua itu berkata kepada pemuda itu, “Sekarang, cabutlah pohon ini!”

Pemuda itu menggelengkan kepalanya. Pohon itu terlalu besar untuk dilepaskan dari akar-akarnya. “Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini. Untuk memindahkannya diperlukan sebuah buldozer,” kata pemuda itu.

Sahabat, semakin besar pohon mengakar ke dalam tanah, sulitlah pohon itu dicabut menggunakan tangan. Meski kita memiliki tenaga yang luar biasa kuat, tetapi mustahil bagi kita untuk melepaskannya. Kita lebih mudah menggunakan parang atau kapak untuk memotong pohon tersebut.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa dosa dan kesalahan yang kita lakukan itu semakin sulit kita lepaskan, ketika akar-akarnya semakin dalam membelit jiwa kita. Kebiasaan kita yang baik atau buruk yang sudah kita bangun bertahun-tahun akan sulit kita tinggalkan. Kita akan bawa ke mana pun kita pergi.

Kalau kebiasaan itu baik, yang kita tanamkan dalam diri dan sesama adalah hal-hal baik. Kita dapat mempengaruhi sesama kita untuk melakukan hal-hal baik itu. Namun ketika kita lebih menonjolkan hal-hal yang buruk, kita akan mengalami kesulitan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu. Kita mengalami kesulitan untuk meninggalkan hal-hal yang kurang baik dari dalam diri kita. Mengapa? Karena sudah mengakar dan menguat.

Karena itu, orang beriman mesti selalu berusaha untuk melepaskan hal-hal yang buruk sejak awal. Orang butuh waktu dan kesempatan yang baik meninggalkan dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan buruknya itu. Dengan demikian, hidup menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri sendiri dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.