Pernahkah Anda mengalami kesendirian dalam hidup ini? Anda merasa Tuhan tidak peduli terhadap duka nestapa yang Anda alami?
Seorang anak kecil sering dibawa oleh ayahnya ke tempat ibadat. Di sana ia biasa belajar berdoa dengan khusyuk. Ayahnya pun sering memberitahu dirinya bahwa Tuhan begitu baik terhadap dirinya. Bahkan kasih Tuhan kepadanya tak pernah mengenal batas. Anak itu yakin akan penjelasan ayahnya. Ia semakin percaya dan menaruh pengharapan pada Tuhan semata.
Namun anak itu belum puas saat ayahnya memberi penjelasan bahwa Tuhan begitu besar. Soalnya adalah ia belum pernah melihat Tuhan. Ia membayangkan Tuhan sebesar gajah yang pernah ia lihat di kebun binatang. Atau Tuhan sebesar batu besar yang ada di belakang rumahnya.
“Papa, seberapa besar sih Tuhan itu?” tanya anak itu suatu hari.
“Kan sudah ayah jelaskan tentang Tuhan yang besar. Nah, jawaban yang benar adalah tergantung seberapa besar kamu menyediakan tempat untuk Tuhan,” kata ayahnya.
Anak itu terkejut mendengar kata-kata ayahnya. Baginya, Tuhan yang besar itu tidak mungkin menempati dirinya yang begitu kecil. Lantas ia berkata, “Ayah, setiap hari saya siapkan tempat untuk Tuhan dalam hati saya. Saya merasakan begitu damai. Saya yakin, Tuhan hadir dalam hati saya yang kecil ini.”
Sahabat, sering kita menyangsikan kehadiran Tuhan dalam diri kita. Apalagi di saat-saat kita mengalami duka nestapa. Kita merasa Tuhan tidak lagi peduli terhadap kita. Tuhan menjauh dari hidup kita. Kita merasa berjuang sendirian. Kita merasa tidak punya pegangan hidup lagi.
Benarkah demikian? Kisah tadi memberi kita peneguhan bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam diri kita yang kecil. Tuhan tidak pernah beranjak dari diri kita. Mengapa? Karena Tuhan mengasihi kita. Pada hakekatnya Tuhan itu kasih. Dia ingin melimpahkan kasih setianya kepada kita. Dia ingin agar manusia tidak mengalami duka nestapa dalam hidupnya.
Soalnya adalah manusia kurang berani membuka hatinya kepada Tuhan. Manusia mau berjuang sendiri. Manusia menutup diri terhadap kehadiran Tuhan dalam dirinya. Akibatnya, manusia merasa berjuang sendirian. Manusia merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Manusia akhirnya terlunta-lunta dalam perjalanan hidupnya. Manusia mengalami duka nestapa hidup ini.
Orang beriman adalah orang yang senantiasa mengandalkan kekuatan Tuhan. Orang beriman tidak membiarkan dirinya dikuasai egoisme dirinya. Karena itu, kita mesti terus-menerus membuka hati kita kepada Tuhan. Kita arahkan segenap kekuatan kita kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan demikian, kita mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Seorang anak kecil sering dibawa oleh ayahnya ke tempat ibadat. Di sana ia biasa belajar berdoa dengan khusyuk. Ayahnya pun sering memberitahu dirinya bahwa Tuhan begitu baik terhadap dirinya. Bahkan kasih Tuhan kepadanya tak pernah mengenal batas. Anak itu yakin akan penjelasan ayahnya. Ia semakin percaya dan menaruh pengharapan pada Tuhan semata.
Namun anak itu belum puas saat ayahnya memberi penjelasan bahwa Tuhan begitu besar. Soalnya adalah ia belum pernah melihat Tuhan. Ia membayangkan Tuhan sebesar gajah yang pernah ia lihat di kebun binatang. Atau Tuhan sebesar batu besar yang ada di belakang rumahnya.
“Papa, seberapa besar sih Tuhan itu?” tanya anak itu suatu hari.
“Kan sudah ayah jelaskan tentang Tuhan yang besar. Nah, jawaban yang benar adalah tergantung seberapa besar kamu menyediakan tempat untuk Tuhan,” kata ayahnya.
Anak itu terkejut mendengar kata-kata ayahnya. Baginya, Tuhan yang besar itu tidak mungkin menempati dirinya yang begitu kecil. Lantas ia berkata, “Ayah, setiap hari saya siapkan tempat untuk Tuhan dalam hati saya. Saya merasakan begitu damai. Saya yakin, Tuhan hadir dalam hati saya yang kecil ini.”
Sahabat, sering kita menyangsikan kehadiran Tuhan dalam diri kita. Apalagi di saat-saat kita mengalami duka nestapa. Kita merasa Tuhan tidak lagi peduli terhadap kita. Tuhan menjauh dari hidup kita. Kita merasa berjuang sendirian. Kita merasa tidak punya pegangan hidup lagi.
Benarkah demikian? Kisah tadi memberi kita peneguhan bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam diri kita yang kecil. Tuhan tidak pernah beranjak dari diri kita. Mengapa? Karena Tuhan mengasihi kita. Pada hakekatnya Tuhan itu kasih. Dia ingin melimpahkan kasih setianya kepada kita. Dia ingin agar manusia tidak mengalami duka nestapa dalam hidupnya.
Soalnya adalah manusia kurang berani membuka hatinya kepada Tuhan. Manusia mau berjuang sendiri. Manusia menutup diri terhadap kehadiran Tuhan dalam dirinya. Akibatnya, manusia merasa berjuang sendirian. Manusia merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Manusia akhirnya terlunta-lunta dalam perjalanan hidupnya. Manusia mengalami duka nestapa hidup ini.
Orang beriman adalah orang yang senantiasa mengandalkan kekuatan Tuhan. Orang beriman tidak membiarkan dirinya dikuasai egoisme dirinya. Karena itu, kita mesti terus-menerus membuka hati kita kepada Tuhan. Kita arahkan segenap kekuatan kita kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan demikian, kita mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.