Ada seorang wanita yang menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Ia menikah hanya menuruti keinginan orangtuanya. Suaminya menyuruhnya untuk bangun pukul lima pagi tiap hari, membuatkan sarapan untuknya dan menyajikannya tepat pukul enam. Sang suami mengharapkannya selalu siap melayaninya.
Hidup wanita itu menderita, karena hanya berusaha melayani setiap kebutuhan dan permintaan suaminya. Sampai suatu waktu suaminya meninggal dunia.
Beberapa tahun kemudian, wanita itu menikah kembali. Kali ini dengan seorang pria yang sangat dicintainya. Suatu hari, ketika sedang membereskan dan membersihkan kertas-kertas kuno, dia menemukan selembar kertas berisi peraturan yang harus dilakukan sebagai istri. Peraturan itu dibuat oleh mendiang suaminya.
Dengan hati-hati, dia membaca peraturan itu. “Bangun pukul lima. Hidangkan pada pukul enam tepat.” Dia terus membaca dan tiba-tiba berhenti serta merenung.
“Lho, bukankah apa yang saya lakukan sekarang pun persis dengan apa yang saya lakukan dulu? Mengapa sekarang saya bisa melakukannya dengan sukacita, tanpa merasa terpaksa?” katanya.
Ia tersenyum geli setelah menyadari perjalanan hidupnya. Lantas ia menjawab dalam hatinya, ”Ini karena cinta. Saya lakukan semua ini karena cinta. Saya merasakan sukacita atas apa yang aku lakukan ini.”
Sahabat, pernahkah Anda merasa melakukan sesuatu karena terpaksa? Apa hasil yang Anda peroleh? Tentu saja Anda tidak akan mengalami sukacita. Anda tidak merasa bahagia setelah melakukan semua hal yang baik itu. Anda justru merasa tertekan. Anda merasa apa yang telah Anda lakukan itu tidak membuahkan sesuatu bagi hidup Anda.
Sebaliknya, kalau Anda melakukan sesuatu dengan semangat yang dilandasi oleh cinta, Anda akan lakukan apa saja demi cinta itu. Tidak perlu diminta, Anda akan lakukan sesuatu untuk orang-orang yang Anda cintai itu. Meski berat pekerjaan itu, Anda akan merasa ringan karena menyenangkan.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan demi cinta akan membahagiakan hidup kita. Untuk itu, kita mesti senantiasa menimba kasih dari Tuhan yang adalah sumber cinta. Tuhan memberi tanpa menarik kembali. Tuhan memberi tanpa meminta kita untuk membalasnya. Yang diinginkan Tuhan dari kita adalah kita mencintai sesama kita dengan setulus hati. Bukan dengan terpaksa. Mari kita mengandalkan kasih dalam hidup ini. Dengan demikian, kita mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
832
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.