Pages

03 November 2011

Membaca dan Mendengarkan Firman Tuhan


Ketika Jacob de Shazer pergi ke Jepang sebagai anak buah Jimmy Doolittle, pada tanggal 18 April 1942, dia adalah seorang ateis. Dia ditangkap dan dipenjarakan oleh orang Jepang. Dia melihat dua orang temannya ditembak oleh dua regu tembak. Dia juga melihat temannya yang lain mati kelaparan.

Selama berbulan-bulan, dia merenungkan pertanyaan mengapa orang-orang Jepang membencinya dan mengapa dia membenci mereka. Dia mulai mengingat kembali beberapa hal yang pernah didengarnya tentang kekristenan.

Dengan berani, dia bertanya kepada petugas penjara, apakah mereka dapat mengusahakan sebuah Alkitab baginya. Mula-mula mereka tertawa terbahak-bahak dan menganggapnya bergurau. Kemudian mereka memperingatkannya, agar ia tidak mengganggu mereka. Tetapi ia terus meminta Alkitab, padahal ia seorang ateis. Seseorang yang tidak percaya adanya Tuhan.

Bulan Mei 1944, seorang penjaga membawakannya sebuah Alkitab. Penjaga itu melemparkan Alkitab itu kepadanya dan berkata, “Engkau boleh meminjamnya selama tiga minggu. Tiga minggu lagi saya akan mengambilnya kembali.”

Sesuai ucapannya, tiga minggu kemudian penjaga itu mengambil Alkitab itu dan de Shazer tidak pernah melihatnya lagi. Pada tahun 1948, de Shazer, istrinya dan bayi laki-lakinya kembali ke Jepang sebagai misionaris. Semua ini disebabkan karena Alkitab yang dipinjam dari seorang penjaga Jepang selama tiga minggu.

Sahabat, Immanuel Kant, seorang filsuf, mengatakan bahwa Alkitab adalah mata air semua kebenaran yang tidak pernah habis. Keberadaan Alkitab merupakan berkat terbesar yang pernah dialami manusia. Tentu saja sumber kebenaran itu telah mengubah hidup seorang ateis menjadi seorang yang percaya akan keberadaaan Tuhan dalam kehidupan ini.

Kisah di atas mengingatkan kita bahwa Alkitab atau Kitab Suci dari agama mana pun memiliki sumber kebenaran yang tak pernah habis ditimba. Orang beriman mesti membaca atau mendengarkan firman Tuhan yang sudah ditulis di dalam Kitab Suci itu. Dengan demikian, orang sungguh-sungguh mengerti kehendak Tuhan bagi hidupnya.

Soalnya, bagi manusia zaman sekarang adalah apakah manusia masih memiliki semangat untuk membaca dan mendengarkan firman Tuhan? Bukahkah mata dan telinga manusia sudah begitu banyak disibukkan oleh berbagai hal? Mata manusia kini tersilau oleh berbagai materi, sehingga tidak mampu lagi membaca firman Tuhan. Akibatnya, Kitab Suci yang begitu sakral hanya tergeletak di ruang tamu diselimuti debu.

Kini telinga manusia lebih banyak diisi oleh hiruk pikuk dunia. Tidak ada tempat lagi bagi firman Tuhan dalam telinga manusia. Akibatnya, manusia hanya mendengarkan keinginannya sendiri. Manusia menuruti kehendak egoismenya sendiri. Hasilnya, banyak dukacita yang mesti ditanggung oleh manusia. Mengapa? Karena ternyata kehendak dirinya sendiri tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Sebagai orang beriman, kita mesti menyediakan mata dan telinga kita bagi firman Tuhan. Kita baca dan renungan firman Tuhan. Kita dengarkan baik-baik kehendak Tuhan bagi hidup kita. Tentu saja Tuhan selalu berkehendak baik bagi kita. Tuhan selalu menginginkan damai dan sukacita bagi hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


817

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.