Pages

22 November 2011

Mendidik Hati yang Mudah Tersentuh

Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda berhadapan dengan sesama Anda yang sedang menderita? Anda tergerak hati oleh belas kasihan? Atau Anda biarkan saja, karena Anda tidak punya hubungan apa-apa dengannya?

Remaja bernama Bagas Yanuarsa (13) ini benar-benar berhati besar. Di tengah teman seusianya yang sibuk bermain dan belajar, dia justru rela menghabiskan waktunya untuk merawat ibunda tercinta, Muniroh (32), yang mengidap penyakit scleroderma.

Scleroderma adalah penyakit yang konon disebut manusia kayu. Akibat penyakit yang dideritanya ini, Muniroh tidak mampu melakukan aktivitas layaknya ibu rumah tangga normal. Muniroh sudah 4 tahun mengidap penyakit ini.

Mereka sekeluarga tinggal di Dusun Gales, Desa Sideroje, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bersama sang adik bernama Rizal Dwi Ananto (4), Bagas mau tidak mau harus menggantikan pekerjaan ibunya yang hanya bisa duduk dan berbaring.

Sebelum berangkat ke sekolah, biasanya Bagas dan Rizal harus mencuci piring, memasak bahkan mencuci pakaian. Sementara sang suami, Supriyanto (36), bekerja sebagai tenaga honorer di Pusat Pengembangan dan Permberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bidang Seni Budaya Yogyakarta, jarang pulang mengingat jarak Yogya dan Magelang yang cukup jauh.

"Suami saya pulang kadang tiga hari sampai lima hari sekali. Jadi selama ini hanya anak saya yang mengurus saya. Saya merasa kasihan dengan anak saya yang tidak bisa bermain bersama anak-anak lain," kata Muniroh.

Bagi Bagas, apa yang dia lakukan saat ini ikhlas untuk ibu tercintanya. Bagas menganggap tugas-tugas ini bagian dari kewajibannya sebagai anak. Meski dia tidak menampik masa kecilnya tidak seindah teman-temannya.

"Saya rela melakukan ini semua. Mau bagaimana lagi, ibu sudah seperti itu. Saya yang merawat ibu, menggantikan baju, memandikan ibu. Semua itu saya lakukan hanya untuk ibu saya tercinta," kata Bagas.

Sahabat, kisah-kisah kemanusiaan yang menyayat hati selalu terjadi dalam perjalanan hidup manusia. Ada kisah-kisah heroik yang membuat kita berdecak kagum. Ada kisah-kisah kasih yang mendorong kita untuk membuka hati kita bagi sesama. Ada pula kisah-kisah pengorbanan yang memberi kita motivasi untuk mengulurkan tangan kita bagi sesama yang sedang menderita.

Kisah Bagas memilukan hati kita. Kita tersentuh oleh pengorbanan yang dilakukan oleh sang anak bagi sang ibu tercinta. Namun kisah pengorbanan Bagas memberi kita suatu semangat untuk berani meninggalkan egoisme kita. Kita mesti berani rela kehilangan hal-hal yang menyenangkan hati kita. Kita rela memberi perhatian bagi orang-orang yang kita cinta dengan hati yang tulus.

Bagas melakukan hal ini dengan mulus. Ia tidak perlu berkata kepada ibunya, “I love you mama.” Tetapi ia menunjukkan dalam perbuatan bahwa ia sangat mencintai sang mama tercinta.

Apa yang mesti kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita yang mengalami duka nestapa dalam hidup ini? Kita biarkan saja mereka terjerembab dalam penderitaan mereka? Atau kita menyingsingkan lengan baju kita untuk membantu mereka agar lepas dari penderitaan?

Orang beriman tentu mudah tersentuh hatinya oleh penderitaan sesamanya. Karena itu, mari kita mengorbankan hidup kita bagi sesama yang sedang menderita. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin damai dan indah. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


827

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.