Pages

02 November 2011

Memberi dengan Hati yang Tulus

Pernahkah Anda memberi hidup Anda kepada sesama Anda? Tentu saja Anda pernah melakukan pemberian seperti ini. Namun yang mesti Anda lakukan adalah Anda mesti memberi dengan segenap hati Anda.
Rata Penuh
Ada seorang anak yang sangat pelit. Apa yang dimilikinya tidak boleh diambil oleh orang lain, bahkan adiknya sendiri pun tidak boleh menyentuhnya. Kalau ia sedang makan sesuatu, ia tidak peduli adiknya yang berada di hadapannya sambil menadahkan tangan. Ia biarkan saja adiknya meminta kepadanya makanan tersebut. Ia akan masukkan semuanya ke dalam mulutnya.

Anak ini kemudian tumbuh dalam kesendirian. Dua adik dan satu kakaknya kurang peduli terhadap dirinya. Mereka dengan enteng saling berbagi. Mereka dengan mudah saling memberi. Ketika mereka memiliki sesuatu yang berharga, mereka akan berbagi bertiga. Sedangkan saudara mereka yang kikir itu tidak diberi bagian.

Dalam perjalanan waktu, anak yang kikir itu lebih banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya. Usaha-usahanya seringkali tersendat. Ia menjadi orang yang kurang sejahtera dibandingkan tiga saudaranya yang lain. Akibatnya, ia banyak mengeluh. Namun keluhan-keluhannya itu tidak menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya. Ia semakin terpuruk dalam hidupnya.

Sementara tiga saudaranya menikmati hidup yang sejahtera. Usaha-usaha mereka berhasil dengan begitu baik. Mereka tidak perlu mengeluh dalam hidup. Mereka juga siap membantu saudara mereka yang kikir itu, kalau ia meminta bantuan dari mereka. Namun soalnya adalah saudara yang kikir itu merasa gengsinya akan turun kalau ia meminta bantuan dari saudara-saudaranya.

Sahabat, semakin banyak orang memberi, semakin banyak orang mendapatkan kembali hal-hal yang baik. Tentu saja pemberian seperti ini dilakukan dengan sepenuh hati. Bukan dengan terpaksa. Orang memberi dengan setulus hati. Orang memberi tanpa suatu keinginan untuk mendapatkan kembali apa yang diberikan itu dalam jumlah yang lebih banyak.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita untuk tetap memiliki semangat untuk memberi. Sering kita mengalami kesulitan untuk memberi. Mengapa? Karena kita merasa bahwa kita tidak punya apa-apa, mengapa kita mesti memberi? Atau kita merasa apa yang kita punyai itu tidak bernilai apa-apa. Jadi untuk apa kita memberi?

Tentu saja pandangan memberi seperti ini sangat materialistis. Kita tunggu sampai kita punya sesuatu yang berharga dulu baru kita mau memberi. Padahal kita bisa memberi hal-hal lain yang tidak seharusnya barang-barang yang kita punyai. Kita dapat memberi diri kita. Kita dapat menyediakan waktu dan kemampuan kita untuk kemajuan diri sesama kita.

Kita dapat memberi teladan hidup kepada sesama kita. Teladan hidup yang baik akan mampu membangkitkan semangat hidup bagi sesama kita. Ini yang lebih berharga daripada kita mesti memberi sesuatu yang bersifat materi. Mari kita hidupkan semangat untuk memberi dari apa yang kita punyai. Kita beri pengalaman-pengalaman hidup kita bagi sesama kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin bermanfaat dalam hidup bersama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.