Ada seorang gadis yang sangat cantik. Ia menjadi idola banyak pemuda. Sayang, mata gadis itu buta. Berbagai obat dan perawatan sudah diusahakan baginya. Tetapi semua sia-sia. Jalan terakhir adalah operasi.
Gadis itu selalu mendapat dorongan dari seorang pemuda yang tampangnya sangat jelek. Tetapi karena usaha dan pengorbanan pemuda itu, gadis itu pun jatuh cinta.
Ketika gadis itu dioperasi, pemuda itu bergembira sekali. Namun ia juga merasa takut. Ia cemas kalau nanti sesudah dapat melihat dan memperhatikan tampangnya yang jelek, gadis itu akan meninggalkannya. Ketika gadis itu dapat melihat, ia memeluk dan mencium kekasihnya. Dulu ia hanya dapat mendengar suaranya yang lembut. Kini ia dapat melihat wajah pemuda pujaannya itu.
Gadis itu sangat bersukacita, karena dapat melihat sendiri tampang pemuda itu. Ia mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan pengorbanan pemuda itu bagi dirinya. Pemuda itu tertegun. Ia merasa heran menyaksikan gadis itu.
Dengan terharu, ia berkata, “Saya kira sesudah engkau melihat sendiri tampang saya, engkau akan meninggalkan saya.”
Gadis itu menjawab dengan hati yang tulus, “Saya sudah melihat engkau dengan hati sebelum saya melihat engkau dengan mata.”
Melihat dengan hati itu tentu tidak sekali jadi. Orang membutuhkan suatu proses yang berjalan terus-menerus. Kadang-kadang terjadi benturan demi benturan. Ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh seseorang dalam usaha untuk melihat orang lain tidak hanya dengan mata fisik.
Melihat dengan mata hati itu berarti orang memiliki kepekaan yang mendalam terhadap situasi di sekitarnya. Untuk itu, orang mesti belajar untuk memiliki kepekaan terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Cinta yang mendalam akan sesama dapat dibangun, kalau orang dapat melihat dengan hati keinginan dan kerinduan sesamanya.
Gadis dalam kisah tadi mampu melihat dengan hati pemuda yang dicintainya. Tentu hal itu terjadi berkat kepekaannya terhadap pemuda itu yang dengan setia mendampingi dan memberikan dorongan baginya. Melihat dengan hati itu penting bagi setiap orang agar suasana di sekitar kita menjadi lebih baik. Suasana di mana selalu ada kreasi-kreasi baru yang tumbuh tanpa dipaksakan dari pihak lain.
Ajaran agama kita tentu memberikan pedoman-pedoman yang mesti kita jalankan. Namun yang terpenting bagi kita adalah kita mesti menjalankan semua pedoman itu dengan suatu semangat kepekaan yang mendalam terhadap sesama dan situasi di sekitar kita.
Kalau orang menjalankan ajaran-ajaran agamanya hanya karena aturan, ia akan tumbuh menjadi orang yang kurang kreatif dalam hidupnya. Ia bertumbuh menjadi orang yang minimalis dalam hidupnya. Padahal Tuhan memberikan kebebasan kepada kita semua untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidup yang nyata.
Mari kita belajar untuk memiliki kepekaan yang mendalam terhadap orang lain dan situasi di sekitar kita. Dengan demikian, kita memiliki hati yang tergerak untuk kebahagiaan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
277
Bagikan